Adzan Tujuh

3 Okt 2008
Di Masjid Kasepuhan Cirebon

Inilah tradisi adzan pitu di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon. Adzan dikumandangkan serentak oleh tujuh orang muadzin pilihan di masjid peninggalan Sunan Gunungjati. Suasana terasa khusuk saat koor panggilan sholat berkumandang.

Tradisi ini telah berlangsung sejak lima ratus tahun lalu. Dahulu, adzan pitu dilantunkan setiap waktu sholat, namun kini hanya dilakukan pada saat sholat Jumat saja, pada azan pertama.
Konon, adzan pitu merupakan titah Sunan Gunungjati untuk mengalahkan pendekar jahat berilmu hitam bernama Menjangan Wulung.

Saat itu, Menjangan Wulung bertengger di kubah masjid, dan menyerang setiap orang yang melantunkan adzan maupun hendak sholat. Setiap muadzin yang melantunkan adzan selalu meninggal terkena serangan Menjangan Wulung. Menjangan Wulung tidak senang dengan penyebaran agama Islam, dan ingin menghambatnya.

Kondisi ini membuat resah umat Islam. Setelah Sunan Gunungjati bermusyawarah dengan para tetua dan memohon petunjuk dari Allah, muncullah jalan keluar, yakni tujuh orang melantunkan adzan sekaligus. Menjangan Wulung akhirnya musnah setelah adzan dilantunkan oleh tujuh orang.

Tujuh orang yang melantunkan adzan ini merupakan pengurus masjid yang telah dipilih penghulu masjid. Meski tak ada persyaratan khusus, namun sebagian besar muadzin merupakan keturunan dari muadzin adzan pitu sebelumnya. Mereka mengaku, mendapat ketenangan dan lebih khusuk beridadah sejak menjadi muadzin adzan pitu.

Selain adzan pitu, masjid yang didirikan Sunan Gunungjati tahun 1478 ini memiliki sejumlah keunikan lain. Diantaranya adalah tempat wudhu dengan mata air yang tak pernah kering. Sejumlah warga bahkan mengambil air yang disebut Banyu Cis ini untuk dijadikan obat berbagai penyakit manusia dan kesuburan sawah.

Masjid Sang Cipta Rasa ini juga dikenal sebagai masjid kasepuhan, karena berada di lingkungan Keraton Kasepuhan. Meskipun masjid ini telah dipugar beberapa kali, namun sebagian besar bangunannya masih asli.

Ada banyak
Ada banyak

Di dalam masjid terdapat tiang yang disebut saka tatal. Tiang ini dibuat oleh Sunan Gunungjati dari sisa-sisa kayu yang disatukan. Lewat tiang ini, Sunan Gunungjati memberi pesan bahwa persatuan yang kokoh, bisa menopang beban seberat apapun.

Pintu masjid dibuat rendah, hanya seukuran badan manusia. Sehingga siapapun yang masuk atau keluar masjid, harus merunduk. Maknanya adalah, saat beribadah di hadapan Tuhan, manusia tidak boleh sombong.

Di dalam masjid terdapat dua pagar, yakni di bagian kanan depan dan kiri belakang. Dua ruangan khusus ini hanya boleh diisi oleh keluarga Sultan Kasepuhan dan Sultan Kanoma, dua kesultanan yang masih bertahan di Cirebon.

Saat bulan puasa, tak hanya warga Cirebon yang beribadah di masjid ini. Sejumlah peziarah maupun warga dari luar kota memperoleh pengalaman spiritual saat beribadah di masjid ini. (Helmi Azahari/Sup)

Sumber: Indosiar

4 Comments Add yours

  1. yani says:

    Assalammu’alaikum Wr. Wb., Pak Dedi

    Saya mau tanya, Saka tatal yang benar dibuat oleh Sunan Gunung Jati atau Sunan Kalijaga?

    wah sy hrs cari dulu jawabnya … ada yg bisa bantu?

Leave a comment